Rabu, 04 Agustus 2010

Spiritualisme, Spiritisme dan Sinkritisme

Spiritualisme di dalam agama adalah kepercayaan, atau praktek-praktek yang berdasarkan kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang berangkat (saat meninggal) tetap bisa mengadakan hubungan dengan jasad. Hubungan ini umumnya dilaksanakan melalui seorang medium yang masih hidup. Ada keterlibatan emosional yang kuat, baik pada penolakan maupun penerimaan terhadap spiritualisme ini yang membuat sulitnya suatu uraian imparsial dipakai untuk membuktikannya.
Spiritualisme di dalam filsafat adalah sebentuk karakteristik dari sistem pemikiran manapun yang meyakini eksistensi dari realitas immaterial yang tak bisa dicerap oleh indria. Didefinisikan seperti itu, spiritualisme jadi melingkupi cakupan di dalam berbagai pandangan filosofis yang luas. Makanya, dualisme dan monisme, theisme dan atheisme,pantheisme, idealisme, dan banyak posisi filosofis lainnya juga dikatakan bersesuaian dengan spiritualisme, sejauh mereka juga beranggapan bahwa realitas ini bebas dan bersifat superior ketimbang materi.
Berbeda dengan spiritualisme, spiritisme merupakan keturunan langsung atau pengembangan dari animisme “yang percaya bahwa semua benda dan kejadian alam berjiwa”, dan dinamisme “yang percaya bahwa ada manifestasi-menifestasi dari kekuatan tertentu dibalik semua dinamika semesta dan fenomena-fenomena alam”. Pengaruh dari kedua cikal-bakal spiritisme ini terasa sangat kuat di kalangan masyarakat primitif.
‘Berjiwa’ disini lebih dimaksudkan sebagai punya kekuatan “baik kasat indria maupun tidak” seperti kekuatan untuk penyembuhan, kekebalan, tenaga-dalam dan hal-hal yang bersifat kanuragan sampai yang bernuansa klenik lainnya. Betapapun tampak hebatnya kekuatan yang dimaksud, ia selalu mengandung pengertian dan mengarah pada materi atau dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat materialistik dan ragawi.
Bagi penganutnya, segala sesuatunya hanya bisa disebut nyata ada bila bisa dimaterialisasikan dan kasat-indria. Bila tidak, ia tak nyata. Bagi mereka hanya realitas material-lah yang ada.
Sayangnya, kedua istilah ‘yang berbeda secara diametrikal’ ini seringkali dikacaukan orang. Teramat sering kita saksikan kalau hal-hal yang sebetulnya merupakan bagian dari spiritisme disebut sebagai spiritualisme. Sementara acara televisi dan pembicara serta penlis di media-massa lain punya andil besar terhadap kekacauan atau salah-kaprah ini. Sedihnya lagi, kesalah-kaprahan ini malah sudah menjangkiti sementara kalangan terdidik.
Ditinjau dari tiga sifat dasar makhluk hidup triguna), spiritisme cenderung tergolong pada sifat rajas (aktif, ambisius, dinamis, agresif) dan tamas (pasif, lembam, inersia, gelap); sedangkan spiritualisme cenderung sattvam (proaktif, kalem, seimbang, jernih). Kalau spiritisme sangat eksternalistis, maka spiritualisme lebih bersifat internalistis. Pencarian spiritisme mengarah ke luar diri, sedangkan pencarian spiritualisme mengarah ke dalam diri.

pengaruh spiritulisme terhadap kesehatan jiwa
Menurut kaum spiritualisme, kebahagiaan dan kedamaian bisa dirasakan oleh setiap orang, asal mereka memadang kehidupan dengan cara yang benar. Pada dasarnya sumber dari segala penderitaan dan tekanan yang dihadapai adalah bersumber dari keinginan atau angan-angan. 
Nah, kira-kira apa maksudnya dengan angan-angan? 
Angan-angan, dalam pemahaman saya adalah mengharapkan sesuatu yang bakal terjadi di masa depan dalam kehidupan kita. Dan saya yakin kebanyakan dari kita memiliki angan-angan. 
Namun menurut pandangan kaum spiritulisme, semakin tinggi angan-angan maka seseorang semakin tidak merasakan tentram dan kedamaian hati. Ia kemudian dikuasai oleh angan-angannya itu sendiri. Seolah hidupnya bakal hancur dan tidak bahagia kalau apa yang menjadi angan-angannya tidak terpacai. Sehingga semakin tinggi angan-angan seseorang maka semakin besar pula kecemasannya dan kekhawatirannya jika angan-angannya tidak tercapai. 
Orang yang berambisis mengejar karir akan menjadi cemas ketika menghadapi tantangan mencapai tujuannya tersebut. Seorang muda yang ingin mengejar jabatan akan menjadi cemas ketika terjadi pergantian kepemimpinan di kantornya dimana muncul khawatir ia tidak lagi diperhitungkan.
Dan ketika gagal meraih tujuannya banyak orang yang kemudian menganggap bahwa hidup mereka telah hancur. Seperti halnya yang terpadi pasca pemilu 2009 dimana banyak calon legislatif yang tidak terpilih menjadi anggota legislatif menjadi frustrasi dan bahkan menjadi gila. Karena seolah hidupnya tidak lagi bermakna jika ia tidak mendapatkan tempat di Dewan Perwakitan Rakyat. 
Menurut kaum spiritualisme, angan-angan berasal dari nafsu. Nafsu pada dasanya muncul dari dorongan intenal tubuh manusia untuk memenuhi kebutuhnannya. Misalnya angan-angan untuk mendapatkan makanan yang enak berasal dari nafsu untuk makan. Namun adakalnya nafsu ini bisa menghasilkan angan-angan yang seolah sangat penting bagi kehidupan manusia pada hal tidak. Seperti nafsu akan kekuasaan sehingga menciptakan angan-angan untuk mendapatkan jabatan. 
Namun sebagaimana nafsu akan makanan yang tidak pernah mati selama manusia hidup. Maka nafsu lainnyapun tidak akan pernah mati dan terus menciptakan angan-angan untuk dikejar oleh manusia. Jadi ketika seseorang sudah mendapatkan jabatan sebagai manager maka akan muncul lagi angan-angan untuk mendapatkan posisi sebagai Dirut. 
Sepasang suami istri yang sudah mendapatkan angan-angannya untuk menikah kembali merasakan kekhawatiran karena setelah menikah selama 1 tahun belum juga memiliki keturunan. Seorang sarjana yang sudah mendapatkan pekerjaan mulai cemas karena selama 5 tahun bekerja ia belum memiliki rumah. 
Angan-angan tidak pernah mati dan bakal mendatangkan kecemasan dan kekhawatiran bagi kita. Oleh sebab menurut kaum spiritualisme, untuk mematikan angan-angan harus diawali dengan pengendalian hawa nafsu, ambisi dan keinginan yang berlebihan terhadap masa depan. Serta menikmati apa yang terjadi pada hari. Membuka diri terhadap keunikan yang bisa diraih pada saat ini dan bukan besok. Dan sesunggunya sumber kebahagian tidak berasal dari sesuatu di luar kita melainkan dari dalam diri kita. Jika kita menikmati makanan, sebenarnya kesenangan yang kita peroleh bukan berasal dari makanan yang kita peroleh, karena orang yang sedang sakit gigi atau terkena sakit pencernaan sulit merasakan kenikmatannya walaupun makanan yang dimakan sama. 
Bagi kaum spiritualisme kehidupan mereka tidak dituntun oleh angan-angan melainkan hati nurani yang akan memberikan pengajaran tentang apa yang harus mereka lakukan untuk hari ini. Dan langkah yang mereka pilih untuk mengendalikan hawa nafsu dan bersentuhan langsung dengan hati nurani adalah melalu meditasi. Dia manusia mengosongkan pikiran, merasakan kedamaian lepas dari angan-angan dan belajar untuk mendengar hati nurani. 
Dan apa yang bisa kita pelajari dari pandangan kaum spiritulisme? Tentu pertama kita diingatkan untuk jangan terlalu larut dengan berbagai target-target atau ambisi untuk meraih sesuatu di masa depan dengan mengorbankan masa sekaran. Ingat bahwa semakin tinggi ambisis kita mengejar sesuatu maka akan semakin sering kita merasa cemas dan tidak tidak damai.
Kemudia berhat-hati dengan kemungkinan tujuan kita tersebut menyederhanakan kehidupan kita. Seolah-olah ketika apa yang menjadi harapan kita tidak tercapai maka kehidupan kita menjadi gagal atau kita tidak mungkin merasa bahagia. 
Kendalikan nafsu anda, biarkan diri Anda menikmati hari dengan rasa damai. Jika dimungkinkan siapkan waktu dalam kehidupan Anda untuk sejenak hening atau bermeditasi. Dimana Anda melepaskan diri Anda dari berbagai macam tujuan atau target-target yang membebani Anda. 
Dan penting diingat bahwa kebahagiaan yang bisa kita alami bukan berasal dari apa yang kita raih, tapi sesungguhnya berasal dari diri kita. Akan sangat mudah seseorang untuk merasa jenuh dengan keberhasilan yang ia peroleh dan tadinya begitu ia idamkan. 
Kedamaian adalah persoalan hati, demikian menurut seorang spiritualisme. Hal ini diraih tidak dengan sekedar mengejar tujuan atau angan-angan. Namun dengan membiasakan diri untuk mendengarkan hati nurani, yang biasanya mengajarkan seseorang untuk bersikap sabar, melimpah dengan empati dan keinginginan untuk berbuat kebaikan. Dan jika itu dilakukan, kebahgiaan juga bisa dirasakan. Hebatnya hal ini bisa dilakukan hari ini tanpa menunggu besok. 
Itulah sebabnya maka seorang spiritulis bisa merasakan ketentraman meskipun berada di tengah kondisi kehidupan kota yang bising. Dan semua itu tergantung bagaimana cara kita memandang kehidupan kita. Jadi tidak ada salahnya belajar dari kaum spiritualisme untuk membuat jiwa Anda sehat dan tentram.

0 komentar:

Posting Komentar

coment disini sob...


ShoutMix chat widget